Selasa, 06 September 2016

Kepalsuan Filsafat Modernisme

KEPALSUAN FILSAFAT MODERNISME

Modernisme adalah filsafat yang dapat kita telusuri akarnya mulai dari kemunculan gerakan humanisme yakni Renaisance pada abad ke 14 dengan tokoh seperti Petrarca (1304-1374) dan di abad berikutnya yakni Desiderus Erasmus (1469-1536). Gerakan Renaisance kemudian memicu timbulnya filsafat Rasionalisme yang dimulai oleh Descartes (1590-1650), maupun filsafat Empirisme yang memuncak pada David Hume (1711-1776). Setelah itu disusul oleh munculnya Zaman Pencerahan (enlightment) yang menuncak pada Kristisisme Immmanuel Kant (1724-1804). Dapat dikatakan bahwa zaman Rasionalisme Descartes sampai kepada Kritisisme Immanuel Kant, itulah yang membentuk filsafat Modern. Setelah itu muncul sebuah filsafat yang lain lagi yakni Eksistensialisme yang memicu timbulnya filsafat Postmodernisme dengan tokoh-tokohnya seperti Soren Kierkegaard (1813-1855), Friedrich W. Nietzsche (1844-1900), Jean Paul Sartre (1905-1980) dan yang lainnya. Benih ketidakpercayaan terhadap filsafat Modern terutama terhadap proyek besar Pencerahan akan utopia masa depan, sudah muncul dalam Eksistensialisme, namun Postmodernlah yang kemudian meledakkan ketidapuasan dan meluluhlantakkan utopia Modernisme tersebut.
Modernisme sangat menekankan suatu kebenaran yang bersifat universal dan obyektif; dan kebenaran tersebut hanya bisa disebut kebenaran jika terbukti kebenarannya baik secara logika maupun empiris. Misalnya: Air membeku pada oada suhu nol derajat Celsius. Itu sebabnya ilmu pengetahuan (science) modern selalu menekankan pembuktian ilmiah atas segala hal. Filsafat Modernisme juga diwarnai oleh filsafat Naturalisme. Naturalisme berpendapat bahwa hukum alam semesta ini memiliki hukum-hukumnya sendiri secara alamiah (natural), sehingga semua permasalahan seluruh alam semesta ini dapat diselesaikan dengan menemukan jawabannya di dalam alam semesta itu sendiri. Misalnya: Mengapa jika kita melempar batu  ke atas, selalu jatuh ke bawah? Naturalisme akan menjawab bahwa jawaban atas pertanyaan itu dapat kita temui di alam. Penyebab jatuhnya batu itu adalah karena adanya gaya Gravitasi. Jika demikian – demikian kata Naturalisme – hal-hal yang bersifat supranatural tidak dibutuhkan untuk menjelaskan segala gejala dan peristiwa alam. Naturalisme menolak kredo akan adanya eksistensi Tuhan dan segala hal yang berisfat supranatural. Teori Evolusi adalah salah satu produk sekaligus cara dari Naturalisme untuk menjelaskan alam semesta ini.
Memang harus diakui bahwa era Modern menghasilkan banyak kemajuan di dalam ilmu pengetahuan walaupun gerakan reformasi Protestan juga memiliki sumbangsih yang tidak sedikit, jika tidak dikatakan lebih banyak. Itu sebabnya, dengan kemajuan-kemjuan yang ada, maka muncullah impian-impian Modernisme akan suatu kemajuan yang hebat dalam IPTEK dan kebudayaan manusia, yang dengan sendirinya menghasilkan masyarakat yang utopis (masyarakat yang kaya, hightech, berbudaya layaknya sorga). Namun impian yang sangat tinggi itu akhirnya pupus saat terjadi perang dunia 1 dan 2, karena bom atom yang dihasilkan oleh kehebatan manusia dipakai untuk membunuh jutaan manusia.
Kemajuan era Modern ini juga dengan sendirinya menghasilkan gaya hidup Modernitas. Misalnya pada zaman modern, orang-orang mengimpikan pekerjaan-pekerjaan yang layak, keluarga yang mapan, pokoknya semua pola hidup yang nyaman dan happy ending. Hidup memanjakan diri dengan produk-produk mustahil (modern) juga menjadi gaya hidup modern. Dengan majunya teknologi, maka ada banyak orang modern yang mengerjakan sendiri pekerjaan-pekerjaannya dengan dibantu oleh mesin-mesin sehingga tidak terlalu membutuhkan bantuan orang-orang lain. Seringkali, segala sesuatu bergantung kepada mesin-mesin dan kutang memperhatikan relasi antar sesama manusia. Oleh karena itu, di negara-negara barat yang sangat dipengaruhi oleh kemajuan era modern, memiliki hidup yang sangat individualis dan kurang memperhatikan kehidupan sosial. Di timur, yang separuh masih primitif, separuhnya lagi sudah dipengaruhi oleh modernitas, masih mementingkan sikap toleransi , hubungan sosial dan kekeluargaan. Impian utopis masyarakat Modern tidak terwujud; bahkan dehumanisasi terhadap manusia pada era modern dirasakan menjadi sesuatu yang sangat mengewakan. Ditambah lagi dengan keringnya jiwa manusia karena zaman modern hanya menekankan hal-hal yang bersifat ilmiah dan pasti, sehingga mengabaikan kebutuhan jiwa dan roh manusia akan sesuatu yang lebih besar dari dirinya, yakni Allah.
Mengenai turunnya kepercayaan dunia modern akan Tuhan, David Ray Griffin melihat penyebabnya dalam 4 hal: (1) Masalah eksistensi kejahatan di dalam dunia yang sangat bertentangan dengan dengan sifat Tuhan yang Mahabaik dan Mahakuasa. (2) Adanya anggapan bahwa percaya kepada Tuhan menghambat dorongan untuk mendapatkan kebebasan manusia dari segala bentuk penindasan secara menyeluruh. (3) Dalam wawasan dunia modern yang bersifat materialistik tidak memberi tempat bagi diskusi mengenai eksistensi Tuhan. (4) Wawasan dunia modern menolak kemungkinan adanya pengalaman tentang Tuhan.[1]Kekeringan jiwa manusia pada zaman modern yang salah satunya disebabkan oleh karena penolakannya terhadap Tuhan sehingga menyebabkan hilangnya kepercayaan orang-orang terhadap modernisme, yang pada akhirnya memunculkan dua gerakan besar dalam sejarah sampai zaman kita sekarang ini, yakni Postmodernisme dan New Age Movement.

Sumber: Muriwali Yanto Matalu, Dogmatika dalam Perspektif Reformed, (Malang: GKKR, 2015), 31-34.


[1]David Ray Griffin,  Tuhan & Agama dalam Dunia Postmodern, (Yogyakarta: Kanisius, 2009), 79-84.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar