Jumat, 02 September 2016

Presaposisi dalam Berteologi

PRESAPOSISI DALAM BERTEOLOGI


PENGERTIAN PRESAPOSISI

Presaposisi adalah poin yang sangat penting di dalam berteologi. presaposisi-presaposisi yang kita anut akan membentuk wawasan dunia (worldview) kita. itu sebabnya, sebelum ita membicarakan natur dari teologi, kita terlebih dahulu harus membicarakan mengenai presaposisi. Kata presaposisi berasal dari bahasa Inggris Presupposition yang diambil dari bahasa Latin Prae (sebelum), Sub (di bawah) dan Ponere (meletakkan). Presaposisi dalam pengertian sempit boleh dimengerti sebagai titik awal yang harus diambil dalam proses berpikir atau berteori. Tetapi di dalam pengertian yang lebih luas presaposisi adalah komitmen kita yang paling awal dan utama atas sesuatu yang pada gilirannya mendasari wawasan dunia kita. Sebagai contoh: Dalam hal keberadaan alam semesta, orang Kristen percaya secara mutlak bahwa Allah Tritunggal telah menciptakannya. Komitmen orang Kristen ini tentunya akan berbeda dengan komitmen penganut teori Evolusi yang percaya bahwa dunia ini ada dengan sendirinya. Contoh presaposisi Kristen yang lain adalah keyakinan bahwa Alkitab adalah Firman Allah, Tritunggal adalah satu-satunya Allah Sejati, Yesus Kristus adalah satu-satunya Tuhan dan Juruselamat, manusia sudah jatuh ke dalam dosa dan mengalami kerusakan dan lain sebagainya. 
Para filsuf dan pemikir dari kalangan Reformed tidak selalu sependapat dalam mengartikan presaposisi. Dooyeweerd berkata bahwa segala pemikiran dan kehidupan adalah sesuai dengan motif dasar keagamaan (religious ground motive) yang didirikan di atas sebuah titik awal (starting point). Motif dasar keagamaan ini lebih daripada sebuah presaposisi filosofis (walaupun tentu meliputi hal itu); sebuah pendirian agamawi; hati; keseluruhan keberadaan, yang mengambil sebuah posisi di dalam hubungannya terhadap Pencipta dan dengan demikian juga terhadap ciptaan. Hubungan kita kepada Allah (positif atau negatif) akan menentukan wawasan dunia, filsafat, presaposisi dan segala aspek yang lain dari kehidupan kita.[1]  Melalui definisi yang ditawarkan oleh Dooyeweerd ini, kita dapat menyimpulkan bahwa presaposisi berasal dari motif dasar keagamaan. Pendapat ini agak berbeda dengan konsep Van Til. Sebenarnya, Van Til sendiri tidak pernah mendefinisikan presaposisi, demikian pengakuan salah satu muridnya yakni John Frame (murid terbaiknya). Karena itu Frame mendefinisikannya sesuai dengan pengertiannya sebagai murid Van Til. Menurut Frame, presoposisi bagi Van Til adalah komitmen dari dasar hati (basic heart commitment).[2] Jika definisi Frame tersebut benar, maka kelihatannya “komitmen dari dasar hati” menurut Van Til tersebut justru setara dengan “motif dasar keagamaan” dalam pengertian Dooyeweerd. Jelas terlihat di antara Van Til dan Dooyeweerd ada semacam pengertian yang tumpang tindih mengenai presaposisi. Bagi Dooyeweerd, presaposisi lahir dari motif dasar keagamaan, sedangkan bagi Van Til presaposisi adalah komitmen dari dasar hati yang sebenarnya setara dengan motif dasar keagamaan. Seorang pemikir Reformed lainnya, yakni Francis Schaeffer berkata bahwa orang Kristen dan non Kristen memulai secara sadar atau tidak dari presaposisi, dalil yang pertama, kepercayaan-kepercayaan atau teori-teori yang mana wawasan pandang mereka didirikan.[3] Kelihatannya – dalam pandangan Schaeffer – istilah presoposisi, dalil yang pertama, kepercayaan-kepercayaan dan teori-teori adalah setara. Tentu yang dimaksud Schaeffer sebagai presoposisi, dalil yang pertama, kepercayaa-kepercayaan dan teori-teori tersebut adalah hal-hal yang bersifat fundamental (mutlak penting) bagi kehidupan seeorang.

PRESOPOSISI DAN IMAN
Presaposisi dan Iman adalah istilah yang setara. Namun walaupun demikian, presaposisi adalah istilah yang lebih bersifat filosofis dan akademis, yang menunjuk kepada apa yang harus diambil sebagai titik awal (pengertian yang sempit) dan apa yang menjadi komitmen ultimat kita (pengertian yang luas) sebelum proses berpikir atau berteori dilakukan; dan lebih jauh daripada itu dapat dikatakan sebagai landasan bagi sleuruh keberadaan dan aspek hidup kita. Sedangkan iman adalah sebuah istilah teologis yang menunjuk kepada keyakinan atau kepercayaan yang disertai dengan penerimaan secara intelektual, emosi dan kehendak, serta di dalamnya terdapat unsur mempercayakan diri kepada sesuatu yang layak untuk dipercaya.

DASAR PRESOPOSISI KRISTEN
Dasar dari presaposisi Kristen pertama-tama adalah wahyu khusus yaitu Alkitab dan pekerjaan Roh Kudus dalam hati yang meneguhkan perkataan Firman di dalam Alkitab. Alkitab adalah Firman Allah yang sudah diwahyukan dan diilhamkan oleh Allah secara tertulis, tanpa salah serta dapat dipercaya sepenuhnya. Sedangkan Roh Kudus adalah Roh Allah yang kekal, Pribadi Ketiga dari Allah Tritunggal, yang telah mewahyukan dan mengilhamkan Alkitab. Jadi, kita percaya bahwa Alkitab adalah Firman Allah karena Alkitab dan kesaksian Roh Kudus di dalam hati kita mengatakan demikian. Kita percaya bahwa Allah adalah Tritungal karena Alkitab dan kesaksian Roh Kudus di dalam hati kita mengatakan demikian. Kita percaya bahwa Yesus adalah satu-satunya Tuhan dan Juruselamat karena Alkitab dan kesaksian Roh Kudus di dalam hati kita juga mengatakan demikian. Kita dapat menambahkan semua daftar komitmen dasar hati atau kepercayaan ultimat kita dengan alasan bahwa Alkitab dan kesaksian Roh Kudus dalam hati mengatakan demikian.  Tetapi harus segera ditambahkan bahwa bukan hanya wahyu khusus dan kesaksian Roh Kudus yang membentuk presaposisi Kristen, tetapi juga wahyu umum memainkan peran penting. Sebagai contoh: Kita membutuhkan kemampuan berbahasa (wahyu dan anugerah umum) untuk berteologi, sumbangsih ilmu filsafat secara khusus dalam hal peristilahan dan bagaimana filsafat juga membantu kita untuk berpikir secara teliti, juga merupakan bagian dari wahyu umum. Namun walaupun demikian, wahyu umum sudah dikaburkan oleh dosa sehingga perlu wahyu khusus untuk menjernihkannya kembali. Karena itu, penemuan wahyu umum oleh manusia berdosa harus dilihat, dikritis, bahkan dihakimi oleh terang wahyu khusus. Sesudah itu barulah penemuan wahyu umum dari orang berdosa itu bisa digunakan. Dengan perkataan lain, wahyu umum yang sudah dijernihkan oleh wahyu khusus, bersama-sama dengan wahyu khusus menyediakan presaposisi bagi teologi Kristen.

KAITAN ANTARA TEOLOGI DAN PRESAPOSISI
Sebenarnya, apakah teologi yang menentukan presaposisi atau presaposisi yang menentukan teologi adalah hal yang sangat sulit untuk dijelaskan. Tetapi di dalam pengertian yang sempit, maka teologi dan pekerjaan Roh Kuduslah yang menentukan presaposisi kita. Bagi orang yang baru percaya, teologi menentukan presaposisinya. Contoh: Ketika seorang Penginjil memberitakan Injil dan melalui pemberitaan itu seseorang menjadi percaya, perlu diperhatikan bahwa ini bukan cara satu-satunya. Seseorang bisa juga beriman kepada Kristus tanpa pemberitaan Injil secara oral. Seseorang bisa saja membaca Alkitab dan memutuskan untuk percaya dan beriman kepada Kristus. Baik  iman yang timbul melalui pendengaran akan Firman dari pemberitaan Injil maupun melalui pergumulan pribadi saat membaca Alkitab, Firman yag diterima melalui kedua cara tersebut adalah teologi. Dengan tepat dapat disebut sebagai doktrin keselamatan. Oleh proklamasi Firman (teologi) tersebut dan oleh karena pekerjaan Roh Kudus, maka orang tersebut mulai mempresaposisikan Yesus Kristus atau menjadikan Yesus Kristus sebagai komitmen ultimatnya (baca: beriman kepada Yesus Kristus).
Tetapi kita harus tambahkan bahwa Roh Kudus hanya bekerja jika isi berita Firman yang disampaikan adalah benar. Jika pemberitaannya salah (tidak sesuai dengan apa yang tertulis di dalam Akitab), maka Roh Kudus tidak mungkin bekerja. Karena itu, teologi yang dianut oleh Penginjil atau Pendeta yang berkhotbah sangat menentukan benar salahnya presaposisi (iman) mula-mula dari orang-orang yang memberi respon atas pemberitaan mereka. Jika yang berkhotbah adalah Saksi Yehovah, maka presaposisi dari orang yang memberikan respon untuk percaya terhadap pemberitaan tersebut juga salah. Dia tentu akan mempresaposisikan Kristus yang merupakan “allah yang diciptakan” (sesuai yang diajarkan dalam Saksi Yehovah). Selanjutnya, bagi orang Kristen yang sudah agak lama menjadi Kristen , presaposisi-presaposisi yang sudah dihasilkan oleh teologi mula-mula yang mereka terima akan berkembang. Hal ini disebabkan oleh karena teologi yang didapat dalam perjalanan imannya entah dari buku-buku teologi, Penginjil, Guru, Pendeta yang mengajarnya atau mungkin juga melalui pergumlan pribadinya sendiri dengan Alkitab, ikut membentuk presaposisinya sehingga menjadi lebih berkembang. Presaposisi-presaposisi dalam tahap yang lebih berkembang inilah yang menentukan kerangka teologinya secara lebih lengkap dan luas. Jadi urutannya secara logis adalah sebagai berikut: Teologi menentukan presaposisi Kristen mula-mula, kemudian presaposisi-presaposisi tersebut berkembang melalui pengajaran-pengajran teologi yang diterima dan melalui pergumulan pribadi. Selanjutanya, presaposisi-presaposisi yang sudah berkembang tersebut sangat menentukan kerangka teologi yang lebih lengkap dan luas. Kerangka teologi yang lebih lengkap dan luas ini boleh disebut sebagai wawasan dunia.


Sumber: Muriwali Yanto Matalu, Dogmatika Kristen dalam Perspektif Reformed, (GKKR, Malang, 2015), 19-24.



[1] Peter Hicks, Evangelical and Truth, (England: Apollos, 1998), 105.
[2] John Frame, Cornelius Van Til: Suatu Analisis Terhadap Pemikirannya, (Surabaya, Momentu, 2002), 140.
[3] Francis A. Schaeffer, The Complete Works of Francis A. Schaeffer: A Christian Worldview, Vol 1., (Wheaton, Illinois, 1996), 7.

2 komentar: